Kota Malang yang terkenal dengan udara sejuk dan pariwisatanya, ternyata memiliki sejarah cukup panjang. Wilayah cekungan Malang telah menjadi daerah pemukiman sejak masa purbakala. Berbagai prasastiPrasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-arca, bekas-bekas pondasibatu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah ditemukan dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan. Asal-usul nama “Malang” sampai saat ini masih belum dipastikan asalnya, para sejarahwan masih terus menggali berbagai sumber. Ada beberapa dugaan, yaitu nama “Malang” berasal dari : (misalnya
1.Malangkucecwara yang tertulis di dalam lambang kota yang merupakan nama sebuah bangunan suci. Sampai saat ini keberadaan pasti bangunan suci tersebut masih belum diketemukan.
2.Sebuah desa bersejarah di daerah Tumpang yang bernama “Malangsuka”, dan sampai saat ini masih eksis.
3.Dua gunung yang sama-sama bernama “Malang”, membujur di sebelah Timur dan Barat kota Malang.
4. Kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram.
Jika berkunjung ke kota Malang, kita akan disuguhi bangunan-bangunan eksotis jaman kolonial di beberapa daerah tertentu, seperti di daerah Ijen dan sekitarnya. Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Pada masa ini juga, daerah Malang dijadikan wilayah "Gemente" (Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : “Malangkucecwara”. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkucecwara.
Hi, this blog are creating by communication student of brawijaya university
we have a jourbalism - online lecture, and this is our work for that lecture assignment
and this one is dedicated to our current city - MALANG - too.
that's all and enjoy :)
credit team name and student id number :
dhea retno utari (0911220012)
neno wahyuningtyas (0911220104)
dea nabila (0911223068)
elisabeth adventa (0911223076)
granita christin (0911223085)
ines felicia (0911223088)
nirinta kinanti (0911223101)
winas elmi (0911223128)
Kota Malang yang terkenal dengan udara sejuk dan pariwisatanya, ternyata memiliki sejarah cukup panjang. Wilayah cekungan Malang telah menjadi daerah pemukiman sejak masa purbakala. Berbagai prasastiPrasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-arca, bekas-bekas pondasibatu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah ditemukan dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan. Asal-usul nama “Malang” sampai saat ini masih belum dipastikan asalnya, para sejarahwan masih terus menggali berbagai sumber. Ada beberapa dugaan, yaitu nama “Malang” berasal dari : (misalnya
1.Malangkucecwara yang tertulis di dalam lambang kota yang merupakan nama sebuah bangunan suci. Sampai saat ini keberadaan pasti bangunan suci tersebut masih belum diketemukan.
2.Sebuah desa bersejarah di daerah Tumpang yang bernama “Malangsuka”, dan sampai saat ini masih eksis.
3.Dua gunung yang sama-sama bernama “Malang”, membujur di sebelah Timur dan Barat kota Malang.
4. Kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram.
Jika berkunjung ke kota Malang, kita akan disuguhi bangunan-bangunan eksotis jaman kolonial di beberapa daerah tertentu, seperti di daerah Ijen dan sekitarnya. Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Pada masa ini juga, daerah Malang dijadikan wilayah "Gemente" (Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : “Malangkucecwara”. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkucecwara.